Thursday, July 18, 2013

Edited picture with biased

All picture were edited by me,,
It's not perfect, but I'm happy about it.. ^^

Sury with Kyuhyun & Ryeowook:




Mirna with Eunhyuk & Hangeng:



Me with Yesung, Ryeowook, n DO:





Mega with kyuhyun:



And this pict for my fanbase, Yewookshipper'sINA (@CloudsSomnia1) on twitter:

Tuesday, July 16, 2013

CERPEN: KADO ULANG TAHUNKU #2

Okke sebelumnya kalian udah baca chapter pertamanya kan wahai reader? bagi yang penasaran kelanjutan ceritanya Cuuuuusssss ngeng silahkan membaca chapter 2!^^


Kado Ulang Tahunku (Chapter 2)

Pagi yang sejuk, kokok ayam membangunkan Tera yang akan memberi kejutan pada Sesil dan Bang Warto. tera sengaja tak menelpon Sesil agar mereka terkejut. Tera pun cpat-cepat berangkat ke sekolah dengan penuh semangat, ia tak sabar memperlihatkan senyumnya lagi pada Sesil dan Bang Warto.
“Pagi Bang!”, sapa Tera sembari tersenyum ceria.
“Pagi Neng Tera. Neng, maafin Bang Warto ya Neng. Abang sudah mengecewakan Neng Tera. Oh ya Neng, selamat ulang tahun ya!”, Bang Warto memeluk Tera.
“Maafin aku juga ya Bang, aku udah jahat sama Abang”, Tera membalah pelukan Bang Warto. “Makasih ya Bang. Eh kok Sesil belum ada ya Bang?”, lanjut Tera.
Bang Warto heran, kenapa tiba-tiba Tera menanyakan Sesil. Bang Warto pun mengira kalau Tera sudah baikan juga dengan Sesil, Bang Warto pun merasa sangat senang.
“mungkin Neng Sesil kesiangan Neng. Oh iya Neng, ini dari Abang buat Neng. Jangan dibuang ya Neng biarpun kecil tapi hanya ini yang bias Abang kasih buat Neng.”
Tera merangkul Bang Warto sambil menangis, lalu membuka bungkusan pemberian Bang Warto. Ternyata isinya gantungan kunci boneka POOh kecil yang bias di pijit dan berbunyi “I Love You I Miss You”. Bang Warto dan Tera pun menunggu Sesil, tetapi Sesil tak kunjung datang sampai bel masuk berbunyi. Sebelum masuk ke kelasnya, Tera mencari Sesil di kelasnya, tapi Sesil taka da.
“Kenapa Sesil gak masuk ya? Oh….. mungkin dia mau kasih kejutan buat aku.” Piker Tera PD.
Bel pulang berbunyi, Tera terburu-buru menuju warung Bang Warto. Setiba disana ternyata Bang Warto taka da, yang ada hanya keponakannya yang menjaga warung.
“Bang Warto kemana?”, tanya Tera sembari melihat-lihat sekekliling warung.
“Ke rumah sakit, katanya Neng Sesil masuk rumah sakit.”
Tera terkejut, kakinya terasa lemas. Dia tak tahu kalo Sesil masuk rumah sakit dan mengapa Mamanya Sesil tak memberitahunya. Tanpa piker panjang Tera langsung menuju rumah sakit yang ia tahu dari keponakannya Bang Warto. setiba disana Tera mencari-cari keluarga Sesil sembari menangis.
“Suster.. suster.. dimana ruangan pasien yang bernama Sesila Ananditha?” tanya Tera tergesa-gesa.
“Sebentar saya cari dulu.”, jawab suster itu.
Suster membuka-buka daftar pasien. Ketika Tera menunggu suster mencari ruangan Sesil, tiba-tiba ada perawat yang membawa mayat melintas dihadapannya. Hati Tera tiba-tiba berdegub kencang ketika mayat itu melintas. Tera merasakan hal yang aneh ketika mayat itu tepat dihadapannya, dia terus memandangi mayat itu sampai tak terlihat lagi.
“De… De..”, suster itu menyadarkan Tera.
“Eh .. I.. iya Suster”
“Di Unit Gawat Darurat di ujung sana”, suster itu mengarahkan.
“Makasih suster”
“Kembali”
Pikiran Tera kalang kabut, ia tak tahu apa yang terjadi pada Sesil sampai harus dibawa ke UGD. Tera menhentikan langkahnya ketika melihat orang tua Sesil menangis histeris.
“Tera….”, Mama Sesil memeluk Tera dengan air mata bercucuran di pipinya.
“Kenapa Sesil, Tante?”,tanya Tera penasaran.
“Sesil kecelakaan Ra”, Tera terkejut dan melepaskan pelukan Mama Sesil, ia lari menuju kamar UGD.
Kamar itu sudah kosong, yang ada hanya darah yang berceceran di lantai. Tera membalikkan badanyya, ia melihat keluarga Sesil tak henti-hentinya menangis dan Mama Sesil tergeletak pingsan. Tera terdiam, air matanya menetes deras di pipinya dan berlari.
“Sesiiiiilllll………”
Tera berlari sambil memanggil-manggil nama Sesil menuju kamar mayat. Ternyata mayat yang tadi melintas dihadapannya itu adalah mayat sahabatnya sendiri. Tera Tak kuat lagi menahan air matanya, ia memeluk mayat Sesil yang masih berlumuran darah dengan erat.
“Sil, maafin aku Sil, aku udah jahat sama kamu Sil. Bangun Sil… banguuuunnnn…”, Tera menangis terisak-isak.
Tiba-tiba Bang Warto ada dibelakangnya.
“Bang, Sesil Bang, aku udah jahat sama dia Bang, aku tak sempat memberinya senyuman untuk yang terakhir kalinya”, sesal Tera yang menangis dipelukan Bang Warto.
“Sudah Neng, yang lalu biarlah berlalu, ikhlaskan Neng Sesil, biarlah Neng Sesil pergi dengan tenang”, kata Bang Warto menenangkan.
Lalu Bang Warto menceritakan kejadian yang menimpa Sesil. Ternyata Sesil tertabrak motor tadi pagi.

Hari yang mendung
SILau cahaya terhalang awan hitam
Bunga TERAtai menangis
Inginkan bias cahaya
Yang cerahkan warnanya
Kini TERAtai harus mekar
Tanpa SILaunya cahaya terang
Dan mencerahkan dirinya
Dengan hati terbelah pedang

Ternyata pamitan Sesil itu pamitan untuk selamanya. Ciuman di tangan Bang Warto masih terasa, lambaian tangan dan senyuman hangat masih melekat di mata Tera. tera dan Bang Warto tak menyangka kalau itu yang terakhir.

* * *

Pemakaman pun selesai, Tera dan keluarga Sesil kembali ke rumah Sesil. Tera duduk termenung di kamar Sesil. Ia memandang sekeliling kamar, ia teringat candaan dan tangisan di kamar itu bersama Sesil. Di atas meja belajar tergeletak sebuah buku kecil, ternyata itu buku harian Sesil. Tera membuka dan membacanya lembar demi embar. Tera meneteskan air mata ketika membaca lembaran terakhir buku kecil itu dan itu tulisan terakhir Sesil.

……………… Aku sakit sekali kehilangannya, aku  tahu aku telah jahat padamu Ra, aku tak memberi tahukan penyakit yang kamu derita karena aku sangat menyayangimu. Aku berpikir untun mencari waktu yang tepat untuk mnceritakan semuanya. Tapi jika kamu tetap saja marak padaku aku siap menerima apa yang kamu inginkan walaupun aku harus mati dihadapanmu.
Besok hari ulang tahunmu Ra, aku hanya bias berdo’a agar kamu bias lebih tegar dan lebih memanfaatkan hidupmu yang tinggal sebentar. Berjuanglah untuk hidup Ra! Aku akan tetap bersamamu walaupun alam lain memisahkan kita.”

Tera menangis tersedu-sedu, ia ingat kata-kata Sesil yang terakhir bahwa ia harus tersenyum demi ketenangannya, itu maksdusnya kalau Tera haus tegar dalam menghadapi sesuatu dan tetap tersenyum walaupun penyakit menggerogotinya.
Tiba-tiba Mama Sesil menghampiri Tera dan duduk di sampingnya, memeluk Tera sembari menangis dan membelainya seperti ibu kepada anaknya.
“Sudahlah Ra, jangan menangis, Sesil sudah tenang si sisi-Nya. Sekarang Ulang tahunmu kan?”
Tera lepas dari pelukan Mama Sesil dan memandang Mama Sesil yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
“Ini, sebelum Sesil menghembuskan nafas terakhirnya, ia menitipkan ini pada Tante. Ambillah!”, Mama Sesilmenyodorkan bungkusan kecil dengan pita warna ungu kesukaannya.
Tera memeluk Mama Sesil dan menangis, ia tak menyangka Sesil masih menyiapkan kado untuknya walaupun sebelumnya Ia masih marah padanya.
“Bukalah!”, perintah Mama Sesil dengan lembut.
Tera pun membukanya, ia kembali mencucurkan air matanya. Kalung POOh yang harganya lumayan mahal untuk anak seusia mereka yang mereka lihat ketika jalan-jalan di Mall. Tera pun memakainya, tangisannya tak henti. Lalu ia membaca surat kecil yang digulung bersama kalung.


Happy Birhtday Tera

Met Ultah sahabatku,
Hari indah kan kau jelang, hari ini umurmu bertambah satu
Semoga di hari yang indah ini kamu berada dalam lindungan Tuhan dan tambah pinter, tambah berbakti pada kedua orang tuamu dan memanfaatkan hidup ini, karena hidup ini adalah anugerah sang pencipta. Banyaklah berdo’a dan bersyukur karena datangnya ajal taka da yang tahu.
Tera, jangan lupakan aku dan Bang Warto ya! ^^
Sekali lagi Happy Birthday ya My Terania.


Sahabatmu,             
Sesila Ananditha 


Di dalam benak Tera
“Air mataku tak henti mengalir di pipi, ternyata kado ulang tahunku adalah kesedihan dan penyesalan yang tak akan aku lupakan seumur hidupku, dan Tuhan memberikan pelajaran agar aku lebih berinstropeksi, menyayangi orang-orang yang menyayangiku serta lebih memanfaatkan waktu yang kupunya walaupun penyakit menggerogotiku”

--- T.A.M.A.T ---



Nah,, Bagaimana?? Apakah kalian meneteskan air mata?? Saya sudah beberapa kali membacanya tetap saja meneteskan air mata.. Jarang sekali kan ada  seorang sahabat yang seperti Sesil.. aaahh saya jadi ingin mempunyai sahabat yang seperti dia,,, tapi tidak berakhir dengan kematian,,hihi
Jangan lupa reviewnya ya..
Terima kasih.. ^^

CERPEN: KADO ULANG TAHUNKU #1



Hallo .....
Saat ini saya memposting sebuah cerpen karya Kakaku. cerpen ini sebenarnya adalah hasil dari sebuah tugas ketika Kakakku masih menuntut ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia cabang Tasikmalaya. Kata Kakakku cerita ini begitu saja muncul di kepalanya ketika dia harus segera mengumpulkan tugas sebuah cerpen. Sebenarnya dia belum pernah sama sekali membuat sebuah cerita, baru kali ini lho. haha. dan menurutku cerita ini sangat sedih, bercerita tentang suatu persahabatan. 
Okke deh langsung aja ya yang mau baca, dijamin netesin air mata. hihi
Silahkan membaca.... ^^



Kado Ulang Tahunku (Chapter 1)


Masa SMA adalah masa yang paling indah. Begitu pula bagi Tera, anak berumur 16 tahun yang periang namun kurang kasih sayang orang tuanya. Walaupun dia masih duduk di bangku kelas 1 SMA, dia sudah merencanakan berbagai hal agar dia menjadi yang terbaik. Tera selalu berusaha menikmati indahnya menuntut ilmu walaupun se-abreg PR menemaninya. Sesil adalah sahabatnya yang selalu membuat dia selalu ceria, karena hanya Sesil lah yang selalu menasihatinya dan memahaminya dibandingkan dengan orang tuanya. Orang tua Tera selalu sibuk dengan pekerjaannya dan jarang sekali berada di rumah.
Sampai jam 1 malam Tera mendengarkan radio, karena dia tidak mau ketinggalan acara favoritnya. Akibat tidur terlalu malam, saat sang mentari muncul Tera masih asyik dengan selimut POOh-nya yang menempel di badannya karena udara masih sangat dingin. Jam weker POOh sudah menunjukan pukul 06.30. tera menjerit dan langsung ke kamar mandi lalu berpakaian dan langsung berpamitan.
Tera dengan terburu-buru langsung menaiki angkot. Tetapi di jalanan tak seperti biasanya, macet kembali melanda. Dalam hatinya Tera marah, dia tak mengira akan terjadi kemacetan.
“Ada motor tertabrak lagi!”, gerutu Tera kesal. Tak lama angkot itu terjebak macet, lalu angkot pun melaju dengan kencang. Tetapi walaupun begitu, Tera tetap saja akan kesiangan. Pintu gerbang sudah ditutup, dia mencoba tersenyum pada guru piket meminta toleransi atas keterlambatannya, dan akhirnya pintu pun di bukakan. Walaupun begitu, Tera tetap mendapatkan sanksi yaitu berdiri bersama teman-temannya yang lain yang kesiangan di lapangan basket. Terlihat wajah cemberut Sesil di lapangan, lalu Tera pun menghampirinya.
“Kamu kesiangan juga Sil?”
“Iya Ra, gara-gara dengerin acara radio semaleman, jadi aku telat bangun deh. Huft!”
“kalo begitu sama dong kaya aku, tapi kalo aku ada plusnya, tadi kejebak macet ada tabrakan motor di jalan, dan yaaa akhirnya kesiangan deh, tapi gak apa-apa deh kana da kamu. haha. Eh, katanya kamu hari ini ada ulangan ya? Hahaha. Kasian deh lo! Gak bias ikut “, ejekan Tera membuat Sesil mencubit pantatnya, dan mereka pun tertawa.
Mereka bermandikan cahaya mentari di lapangan basket, tapi mereka tak begitu risih, justru mereka menikmatinya walau harus tertinggal pelajaran. Setelah setengah jam berlalu, mereka pun disuruh memasuki kelas masing-masing.
Sepulang sekolah Sesil menunggu Tera dii depan kelasnya, tapi setelah lama menunggu Tera tak kunjung muncul. Sesil kemudian mencari ke kelas Tera, tapi kelas itu sudah kosong. Sesil mengira kalau Tera sudah lebih dulu ke warung Bang Warto. Karena di sanalah markas mereka berdua dan Bang Warto sudah akrab serta sering nimbrung ngobrol dengan mereka. Sesil kesal ketikatak melihat Tera di warung Bang Warto, Sesil duduk sendiri dengan memasang muka cemberut karena Tera menghilang begitu saja.
“Ada apa Neng Sesil kok cemberut gitu? Mana Neng Tera?”’ Tanya Bang Warto.
“Justru itu Bang, aku nyari Tera. Kirain Tera ada di sini. Eh ternyata gak ada.”
“Kemana ya anak itu?”’ lanjut Bang Warto.
Dari jauh terlihat Tera berlari sambil tersenyum, tetapi Sesil tak membalas senyumannya.
“Aduh, Non Sesil kenapa cemberut gitu? Laper ya?”’ goda Tera.
“Boro-boro laper, aku lagi kesel sama kamu!”
“Aduh Sil maafin aku ya, emangnya aku punya salah apa?”
Tiba-iba Bang Warto menghampiri Sesil dan Tera.
“Emangnya Neng Tera dari mana saja? Neng Sesil dari tadi nyariin Neng Tera, jadi cemberut gitu deh”’ Bang Warto menjelaskan.
“Ooh…. Sorry deh aku tadi buru-buru banget. Soalnya aku tadi gak kuat pengen buang sisa tabungan tadi pagi, dari pada keteteran kan mending buru-buru. Iya kan Sil?”
Mulut Sesil mulai melebar, dan mereka kembali tersenyum dan bercanda sambil makan cemilan favorit mereka.

* * *

Hari berganti, tak seperti biasanya hari itu Tera begitu lugu, candaan Sesil pun dibalasnya hanya dengan senyuman kecil. Untungnya Sesil tak mempermasalahkannya. Tera merasa iba dengan penyakit yang sudah dideritanya selama berbulan-bulan, tetapi Tera tak pernah memberitahukan hal itu pada Sesil, dia takut kalau Sesil menjadi cemas. Tera sendiri pun tak tahu penyakit apa yang dideritanya, pusing-pusing dan terasa sakit sekali di bagian kepalanya. Tera sudah mencoba berbagai obat yang dia beli dari warung, dia tak pernah ke dokter karena orang tuanya selalu sibuk bekerja.
Tera tak bias menyembunyikan rasa sakitnya, Sesil pun mulai curiga.
“Kamu kenapa Ra? Kamu sakit?” Tanya Sesil penasaran.
“Ah enggak kok Ra, aku cuma enggak enak badan aja”, sahut Tera meyakinkan.
Sesil orangnya cemasan, mungkin karena dia terlalu menyayangi sahabatnya itu, dank arena Sesil seorang bungsu di keluarganya, jadi dia menganggap Tera sebagai adiknya sendiri karena umurnya lebih tua dari Tera.
Hari itu Tera hanya mengikuti pelajaran sampai jam istirahat. Tera tak mengijinkan Sesil mengantarnya pulang karena dia tahu Sesil ada ulangan susulan. Tera pun meyakinkan Sesil kalau dia akan minta Bang Warto untuk mengantarkannya pulang. Sesil pun merasa lega mendengarnya. Mereka pun menuju warung Bang Warto. Tera minta diantar pulang pada Bang Warto, dan Bang Warto pun tak menolak walaupun warungnya saat itu sedang ramai, karena Bang Warto sudah menganggap Sesil dan Tera sebagai anaknya sendiri. Bang Warto menitipkan warungnya pada keponakannya yang  bekerja membantu Bang Warto. Lalu Bang Warto pun mengantarkan Tera pulang.
Ternyata Tera tak meminta diantarkan pulang ke rumahnya, dia malah meminta Bang Warto mengantarkannya ke Dokter.
“Lho, katanya Neng mau pulang, kok malah minta diantar ke Dokter? Emangnya Neng sakit banget ya?”
“Aku lagi gak enak badan nih Bang”’ jawab Tera singkat.
Lalu mereka pun pergi ke dokter tanpa sepengetahuan Sesil.
“Anda orang tuanya Pak?”’ Tanya Dokter.
Mata Tera mengisyaratkan kalau Bang Warto harus menjawab “IYA”
“I..i..iya Dok, saya orang tuanya.”’ Jawab Bang Warto gugup.
Dokter menyuruh Tera menunggu di luar dan Dokter berbicara kepada Bang Warto. Beberapa menit kemudian Bang Warto keluar dan mengajak Tera pulang.
“Apa yang dikatakan Dokter Bang?”, Tanya Tera penasaran.
“Cuma perlu istirahat aja kok Neng, makannya jangan tidur larut malam.”
Bang Warto mengantarkan Tera pulang. Sore harinya Sesil ke rumah Tera, tetapi Tera sedang tertidur pulas, Sesil tidak mau mengganggunya. Lalu Sesil pun berniat pergi ke rumah Bang Warto. Setiba di rumah Bang Warto Sesil terdiam, terdengar suara Bang Warto sedang menangis.  – Memang Bang Warto hidup sendiri di kontrakannya, anak dan istrinya meninggal akibat kecelakaan maut 3 tahun yang lalu, maka dari itu Bang Warto menganggap Tera dan Sesil sebagai anaknya sendiri – Sesil dengan terburu-buru masuk karena takut sesuatu terjadi pada Bang Warto. Tangis Bang Warto tambah kencang ketia melihat Sesil datang.
“Ada apa Bang? Kok Abang nangis, Bang?”, Tanya Sesil penasaran.
“Neng Tera, Neng,,, Neng Tera,,,”, jawab Bang Warto tak kuat menahan tangis.
“Iya, ada apa dengan Tera Bang?”, Sesil semakin penasaran.
“Enam bulan lagi…..”
Sesil semakin bingung dengan perkataan Bang Warto yang tidak jelas dan sebenarnya apa yang telah terjadi. Dengan perlahan dan hati-hati Bang Warto menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga ia menangis seperti itu.
Sepulang dari rumah Bang Warto, Sesil tak kuat menahan tangis di kamarnya sendiri, dan tanpa ia sadari Tera datang dan tanpa sengaja mendengarkan perkataan yang Sesil lontarkan saat itu juga di depan pintu kamar mengenai apa yang diceritakan Bang Warto pada Sesil. Akhirnya Tera tak jadi memasuki kamar Sesil, dia perrgi dengan cucuran air mata.
“Mengapa Bang Warto membohongiku? Kenapa aku memiliki penyakit kanker seperti ini? KENAPAAA??”, sesal Tera.

* * *

Hari Senin upacara dimulai. Sesil mencari-cari Tera dibarisan kelasnya, ternyata Tera berada dibarisan paling belakang. Dia terlihat murung dan matanya terlihat sangat bengkak. Sesil terus memandangi Tera. Usai upacara Sesil cepat-cepat menghampiri Tera, tapi Tera seolah menghindar dan tak seperti biasanya dia tak membalas sapa Sesil.
Sesil merasa heran melihat sahabatnya seperti itu, Sesil terdiam memunguti ingatan yang tececer yang membuat dirinya hanyut dalam pikiran.
“Kesalahan apa yang ku perbuat?”. Kata itu berulang kali terlontar dari bibirnya sampai-sampai Sesil terkena teguran gurunya karena ia melamun tak memperhatikan pelajaran.
Pulang sekolah Sesil langsung menuju warung Bang Warto karena Sesil yakin kalau Tera sudah ada disana dan saat itulah kesempatan Sesil menanyakan tentang sikap Tera hari ini. Setiba di warung, wajah Sesil memelas ternyata warung Bang Warto sudah sepi, yang ada hanya Bang Warto dan keponakannya. Sesil duduk dan membenamkan wajahnnya di atas kedua tangannya sembari menangis.
“Kenapa sendirian Neng? Neng Tera mana?”, Tanya Bang Warto.
Sesil hanya terdiam, dan akhirnya menceritakan kejadian di lapangan setelah upacara tadi. Setelah menceritakannya pada Bang Warto, Sesil langsung pergi ke rumah Tera.
Setiba di rumah Tera, terlihat Tera sedang melamun di taman belakang. Sesil menghampiri dan meminta maaf atas kesalahan yang tak ia ketahui.
“Ra, maafin aku ya kalo aku punya salah sama kamu dan udah nyakiitin kamu. Aku gak mau kamu marah sama aku. Maafin aku ya Ra?!”
“Pergi!! Kalian jahat!! Kalian pembohong!! PERGIII!!!!!”
“Nggak Ra, siapa yang pembohong? Kapan aku berbohong Ra? Kapan?”
“Kamu dan Bang Warto pembohong! Kenapa kalian menyembunyikan penyakitku? Kenapa Sil, kenapa?”
Sesil tak bias berbuat apa-apa lagi. Tera marah. Sesil mencoba memberi alasan tetapi Tera tak mau mendengarnya.

* * *

Berhari-hari Tera tak berbicara pada Sesil dan Bang Warto, sampai sehari menjelang ulang tahunnya pun ia tetap marah walaupun Sesil mencoba mendekatinya. Di warung Bang Warto Sesil duduk melamun, ia tak banyak bicara walau Bang Warto mencoba menghiburnya ia tetap menyimpan senyumannya dan hanya berdiam diri.
Tidak lama di warung Bang Warto Sesil pun berpamitan pulang, tak seperti biasanya Sesil mencium tangan Bang Warto sembari mencucurkan air mata. Di gardu tempat menunggu angkot Sesil melihat Tera, lalu Sesil cepat menghampirinya. Sesil berusaha bicara tapi Tera selalu berpaling. Angkot pun datang.
“Ra, aku pulang duluan ya. Senyum dong biar aku tenang! Daaaaah ..!” sesil melambaikan tangannya sambil tersenyum.
Sesil pun berlalu.  Tera menangis sejenak dan ia merasa kalau iasebenarnya jahat pada kedua orang yang menyayanginya. Ia berjanji akan kembali seperti semula dan melupakan mengenai penyakitnya yang dirahasiakan di hari ulang tahunnya besok

* * *


Bagaimana?? Penasaran cerita selanjutnya kan?? Baca Chapter ke-2 nya ya...
Jangan lupa kasih reviewnya,,
Terima kasih.. ^^